Sabtu, 10 Oktober 2009

Pasukan Zionis Yahudi Serang Muslim Palestina



Oleh Althaf pada Sabtu 10 Oktober 2009, 07:53 AM
Print Recommend (1) Comment (1) Share

YERUSALEM (Arrahmah.com) - Pasukan Zionis Yahudi menembakkan gas air mata dan menggunakan kekerasan untuk membubarkan sejumlah muslim Palestina yang berkumpul di Al Quds dalam rangka mempertahankan tempat suci kaum muslimin, Masjil Al Aqsa.

Muslim Palestina yang dilarang mengakses masjid, mengelilingi Ras Al Amud yang ada di luar Yerusalem setelah melakukan shalat Jumat untuk memprotes ancaman yang sedang diberikan Israel terhadap masjid yang pernah menjadi arah kiblat pertama sebelum Ka'bah.

Aksi protes ini muncul di tengah-tengah diperketatnya keamanan dan disebarkannya ribuan pasukan Zionis untuk mencegah muslim memasuki Al Aqsa.

Bentrokan pun terjadi. Muslim Palestina melemparkan batu ke arah pasukan Zionis yang telah menembakkan gas air mata ke arah mereka dan yang telah menangkap dua orang Palestina.

Aksi yang diberi nama "Hari Kemarahan Gaza dan Tepi Barat" tersebut dimotori oleh Hamas dan gerakan Jihad Islam dan diikuti oleh ribuan muslim Palestina. (althaf/prtv/arrahmah.com)

Jumat, 02 Oktober 2009

Ummu Athiyyah


Ummu Atthiyyah adalah nama julukannya. Namanya adalah Nusaibah bintu Al-Harist Al-Anshariyyah. Nusaibah menurut bahasa artinya “wanita mulia yanga sangat terkenal kedudukan dan asal –usulnya.”
Sangat bermanfaat jika disebutkan bahwa tidak ada seorang pun dari kalangan sahabiyah Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam yang namanya Nusaibah dan julukannya “Ummu Athiyyah” selain putri Al-Harist ini.

Ummu Athiyyah di Tengah Baiat Para Wanita

Ummu Athiyyah masuk Islam bersama angkatan pertama sahabiyah Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam. Dia berbaiat kepada Nabi bersama para wanita Anshar dengan baiat yang sangat terkenal dan penuh berkah.

Wanita yang Berjasa dalam Bidang Kemanusiaan, Hadist, Fiqih, dan Ilmu.

Ketika Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, orang-orang berbaiat kepada beliau. Datanglah para wanita kepada beliau dan berkata,”Wahai Rasulullah, kaum pria dari kami telah berbaiat kepada engkau. Kami juga ingin berbaiat kepada engkau.” Kemudian mereka berbaiat kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam. Janji mereka dalam baiat tersebut adalah : tidak meratapi mayat, tidak memukuli wajah, tidak merobek kantong, tidak mengaku celaka, tidak mengumbar rambut, dan tidak berkata kotor(mencela).
Dia berkata tentang baiat tersebut,”Ketika Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, maka para wanita Anshar berkumpul di sebuah rumah. Kemudian Umar bi Khaththab diutus untuk datang kepada mereka. Dia berdiri di depan pintu dan mengucapkan salam kepada mereka dan mereka pun menjawab salam itu. Dia berkata “Aku adalah utusan Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam kepada kalian semua. Mereka berkata, “Selamat datang Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam dan utusan Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam.”
Umar berkata,”Apakah kalian akan berbaiat tidak akan menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak, tidak melakukan omong kosong, tidak melakukan tipu daya, dan tidak bermaksiat dalam kebaikan?”
Mereka menjawab,”Ya”
Umar pun menyodorkan tangannnya dari luar pintu. Dan para wanita itu menyodorkan tangan mereka dari dalam pintu. Lalu Umar berkata ‘”Ya Allah, saksikanlah!”
Itulah baiat-baiat wanita yang menjadi tanggung jawab mereka. Baiat ini menjadi salah satu rukun agama dan tiangnya. Mereka pun sangat setia kepada baiatnya. Semua itu menjadi hiburan jiwa dan kesejukan bagi hati mereka, khusunya ketika mereka mengetahui bahwa balasan kesabaran dan kesetiaan terhadap janji adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Apakah setelah surga ada yang lebih baik?

Gambaran Jihadnya

Ummu Athiyyah berjalan di tengah-tengah rombongan pasukan tentara dalam medan pertempuran di bawah bayangan pedang. Dia memberi minum para tentara yang kehausan, mengobati luka, menghentikan darah, dan menyiapkan makanan bagi mereka.
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam membolehkan pengerahan tenaga wanita dalam bidang perawatan dan pengobatan para mujahidin yang terluka, memberi makan dan minum pada mereka. Bahkan sebagian istri Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam mencari kehormatan dengan ikut serta bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam dalam berbagai peperangan. Mereka melakukan berbagai amal bakti.
Uumu Athiyyah juga mengikuti berbagai peperangan bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam. Dia mengatakan,”Aku mengikuti peperangan bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam sampai tujuh kali peperangan”
Pada peperangan Khaibar, Ummu Athiyyah berada di antara 20 wanita yang berangkat bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam untukmencari pahala jihad.

Telah Sampai di Tempatnya

Ummu Athiyyah memiliki hubungan yang sangat baik dengan para istri Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, khususnya Ummul Mukminin Aisyah. Hal ini dikarenakan di dekat dengan Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam dan dia memberikan hadiah kepada Aisyah. Suatu hari Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam menemui Aisyah dan bersabda, “Apa engkau ada sedikit makanan?”
Aisyah menjawab, “Tidak ada selain yang dihadiahkan Nusaibah kepada kita berupa kambing yang diterima dari sedekah.”
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya pahala hadiah ini telah sampai pada tempatnya”

Ahli Fiqih dan Hafidzah

Jika disebutkan nama-nama para wanita Anshar yang penghafal, maka Ummu Athiyyah adalah wanita Anshar yang paling banyak hafal dengan sangat baik. Imam nawawi menyebutkan bahwa Ummu Athiyyah meriwayatkan40 hadist dari Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam.
Di antara para tabi’in yang meriwayatkan hadist darinya adalah Hafsah bintu Sirin, Abdul malik bin Umair, Ali bin Al-Aqmar, Ummu Syarahil, dll.
Ummu athiyyah sangat terkenal di Basrah karena pemahamannya yang mendalam terhadap hadist Nabi dan hukum-hukumnya. Juga dia menyaksikan ketika mayat putri Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam dimandikan , dan dia meriwayatkan kejadian tersebut dengan sangat teliti. Hadistnya merupakan rujukan cara memandikan mayat. Oleh karena itu, para sahabat dan tabi’in yang berada di Basrah mendatanginya untuk bertanya tentang memandikan mayat.

Wafatnya

Tentangmasa kehidupan sahabiyah ini, telah memanjang lebih kurang sampai tahun 70 Hijriyah. Dia gunakan sepanjang umurnya untuk jihad, mendalami ilmu, meriwayatkan hadist, mendalami fiqih, dan berbuat kebaikan.
Semoga Allah meridhoi Ummu atiyyah Al- Anshariyah, memberinya segala yang diminta dan menjadikannya ahli surge. Amin.(from majalah nikah volume 6 15 Februari-15 Maret 2008)